Beberapa minggu terakhir ini ibu-ibu
dipusingkan dengan harga cabe yang terus-menerus
mengalami kenaikan harga. Bahkan, di beberapa daerah, harga satu kilo cabe
hampir sama dengan harga 1 kilo daging sapi. Tentunya
hal ini menjadi masalah tersendiri bagi para ibu, khususnya yang suaminya
selalu membutuhkan sambal sebagai pelengkap hidangan.
Untuk
itu, kali ini saya akan mencoba membuat tulisan tentang salah satu cara
mengatasi permasalahan diatas. Tapi jangan salah, ini bukan bahasan bagaimana
agar satu cabe bisa memedaskan sepanci besar sayur lodeh, juga bukan cara
membuat gula berasa pedas seperti cabe. Ini adalah cerita tentang sebuah warung
makan yang sering saya kunjungi sejak dahulu kala.
Waroeng SS. Itu adalah topik yang akan
saya ulas kali ini. SS sendiri memiliki
kepanjangan Spesial Sambal, karena memang warung satu ini menjadikan sambal
sebagai menu andalannya.
Mengutip dari homepage www.waroengss.com, cikal bakal Waroeng SS bermula dari kota Gudeg Yogyakarta, tepatnya di trotoar di Jalan Kaliurang, tepat di Seberang
Gedung Graha Sabha UGM Yogyakarta pada bulan Agustus 2002. Walaupun sekarang
Waroeng SS sudah menyebar ke banyak kota dan pulau (dan tentunya tidak ada yang
berlokasi di trotoar)
Waroeng SS di dekat Graha Sabha itu
sampai sekarang masih tetap buka. Sejarah selengkapnya
dapat dilihat di homepage tersebut, karena bukan itu yang akan saya bahas.
Di Bogor sendiri baru ada satu cabang Waroeng SS yang
berada
di Ruko Taman Yasmin Sektor VI No. 202, cukup dekat dengan Lanud Atang Sendjaja. Cabang ini belum ada setahun buka, saya sendiri lupa-lupa
ingat kapan. Namun walau terhitung baru, namun waroeng SS tidak pernah sepi
dari para Bigboss (panggilan untuk pelanggan Waroeng SS), khususnya saat-saat
jam makan siang dan makan malam.
Waroeng SS tampak depan
Saya
tidak mau dianggap omong kosong, hanya ngomong atau nulis tanpa memiliki bukti
yang cukup. Untuk itu, siang ini saya menyempatkan diri makan siang disana,
ditemani istri tercinta. Berangkat menggunakan mobil dinas Kasiharmatsista
Mazda MR 2089-01 yang cukup uzur,hanya membutuhkan waktu 7 menit dari Dinas
Logistik untuk sampai ke lokasi.
Sesampai
di ruko dua lantai itu, terdapat pilihan apakah mau lesehan atau meja. Untuk
lesehan tersedia di lantai dua, dan hanya diperuntukkan bagi non perokok. Jadi
untuk para ahli hisab, harus rela untuk makan di lantai dasar. Meskipun cukup
banyak meja yang tersedia, namun siang itu saya harus rela masuk waiting list. Dan info dari karyawan
disitu, hal ini sering terjadi, khususnya di jam-jam makan siang dan makan
malam mengingat banyaknya para Bigboss yang datang. Sebagai informasi, Waroeng
SS tidak mengijinkan kita order tempat melalui telepon untuk jam-jam makan ini.
Untungnya, sambil menunggu tempat kosong, kita bisa order dulu menu sehingga
nantinya tidak menunggu terlalu lama.
Daftar menu
Setelah
menanti 5 menit, akhirnya saya mendapat tempat duduk. Saya memilih meja di
lantai dasar. Bukan karena saya perokok, tapi karena saya malas melepas sepatu
hehehe. Siang ini saya memesan telur dadar gobal-gabul (istilah untuk telur
yang digoreng dengan tambahan irisan bawang merah, cabe, dan daun bawang)
dengan sambal kecap, sementara istri memesan ati ampela goreng dan sambal
terasi segar. Kami juga memesan menu bersama berupa tempe goreng, jamur goreng dan
trancam. Untuk minuman, kami berdua sepakat memesan es teh manis.
Pesanan sudah siap
Ada
hal unik dari daftar pesanan Waroeng SS, yaitu nama julukan untuk masing-masing
sambal. Sebagai contoh, untuk sambal bawang, nama julukannya adalah goalpal (bawang
diplesetkan jadi gawang). Cukup asyik mengira-ira, pilihan nama julukan
masing-masing sambal tersebut.
Untuk
rasa, Waroeng SS saya sebut memiliki taste rumahan. Maksudnya, rasa makanannya
mirip dengan masakan istri di rumah, ataupun masakan ibu saya dulu di kampung,
sehingga terasa cocok di lidah. Bedanya, di Waroeng SS lebih banyak pilihan,
daik dari sambal maupun lauknya. Bentuk sajiannya juga tidak glamour dan mewah
dengan banyak hiasan seperti di restoran-restoran. Penyajiannya sendiri cukup
sederhana, nasi diletakkan di piring anyaman rotan dengan alas daun pisang
untuk per porsi, atau bakul kecil untuk porsi 4 orang. Adapun lauk, sambal dan
sayur disajikan di piring gerabah kecil.
Selesai
menyantap semua hidangan, kami ke kasir untuk hitung-hitungan, cukup selembar
50ribuan, itupun masih ada kembalian. Lumayan murah bukan?
Dan, siang inipun, seluruh perwira dinas logistik makan siang bersama di waroeng SS... mantaaabs...
BalasHapusSambalnya makyus bro...
BalasHapusMaknyus dan bikin kita keringetan sambil mendesis keenakan. Salam kenal mas...
HapusBisakah dtng langsung tanpa booking di SS selama bulan ramadhan??
BalasHapus