Senin, 05 Januari 2015

Waroeng SS, solusi pedas saat harga cabe semakin "pedas"




Beberapa minggu terakhir ini ibu-ibu dipusingkan dengan harga cabe yang terus-menerus mengalami kenaikan harga. Bahkan, di beberapa daerah, harga satu kilo cabe hampir sama dengan harga 1 kilo daging sapi. Tentunya hal ini menjadi masalah tersendiri bagi para ibu, khususnya yang suaminya selalu membutuhkan sambal sebagai pelengkap hidangan.



Untuk itu, kali ini saya akan mencoba membuat tulisan tentang salah satu cara mengatasi permasalahan diatas. Tapi jangan salah, ini bukan bahasan bagaimana agar satu cabe bisa memedaskan sepanci besar sayur lodeh, juga bukan cara membuat gula berasa pedas seperti cabe. Ini adalah cerita tentang sebuah warung makan yang sering saya kunjungi sejak dahulu kala.

Waroeng SS. Itu adalah topik yang akan saya ulas kali ini. SS sendiri memiliki kepanjangan Spesial Sambal, karena memang warung satu ini menjadikan sambal sebagai menu andalannya. Mengutip dari homepage www.waroengss.com, cikal bakal Waroeng SS bermula dari kota Gudeg Yogyakarta, tepatnya di trotoar di Jalan Kaliurang, tepat di Seberang Gedung Graha Sabha UGM Yogyakarta pada bulan Agustus 2002. Walaupun sekarang Waroeng SS sudah menyebar ke banyak kota dan pulau (dan tentunya tidak ada yang berlokasi di trotoar) Waroeng SS di dekat Graha Sabha itu sampai sekarang masih tetap buka. Sejarah selengkapnya dapat dilihat di homepage tersebut, karena bukan itu yang akan saya bahas.

Di Bogor sendiri baru ada satu cabang Waroeng SS yang berada di Ruko Taman Yasmin Sektor VI No. 202, cukup dekat dengan Lanud Atang Sendjaja. Cabang ini belum ada setahun buka, saya sendiri lupa-lupa ingat kapan. Namun walau terhitung baru, namun waroeng SS tidak pernah sepi dari para Bigboss (panggilan untuk pelanggan Waroeng SS), khususnya saat-saat jam makan siang dan makan malam.


 Waroeng SS tampak depan

Saya tidak mau dianggap omong kosong, hanya ngomong atau nulis tanpa memiliki bukti yang cukup. Untuk itu, siang ini saya menyempatkan diri makan siang disana, ditemani istri tercinta. Berangkat menggunakan mobil dinas Kasiharmatsista Mazda MR 2089-01 yang cukup uzur,hanya membutuhkan waktu 7 menit dari Dinas Logistik untuk sampai ke lokasi.

Sesampai di ruko dua lantai itu, terdapat pilihan apakah mau lesehan atau meja. Untuk lesehan tersedia di lantai dua, dan hanya diperuntukkan bagi non perokok. Jadi untuk para ahli hisab, harus rela untuk makan di lantai dasar. Meskipun cukup banyak meja yang tersedia, namun siang itu saya harus rela masuk waiting list. Dan info dari karyawan disitu, hal ini sering terjadi, khususnya di jam-jam makan siang dan makan malam mengingat banyaknya para Bigboss yang datang. Sebagai informasi, Waroeng SS tidak mengijinkan kita order tempat melalui telepon untuk jam-jam makan ini. Untungnya, sambil menunggu tempat kosong, kita bisa order dulu menu sehingga nantinya tidak menunggu terlalu lama.


 Daftar menu

Setelah menanti 5 menit, akhirnya saya mendapat tempat duduk. Saya memilih meja di lantai dasar. Bukan karena saya perokok, tapi karena saya malas melepas sepatu hehehe. Siang ini saya memesan telur dadar gobal-gabul (istilah untuk telur yang digoreng dengan tambahan irisan bawang merah, cabe, dan daun bawang) dengan sambal kecap, sementara istri memesan ati ampela goreng dan sambal terasi segar. Kami juga memesan menu bersama berupa tempe goreng, jamur goreng dan trancam. Untuk minuman, kami berdua sepakat memesan es teh manis.
 

 Pesanan sudah siap

Ada hal unik dari daftar pesanan Waroeng SS, yaitu nama julukan untuk masing-masing sambal. Sebagai contoh, untuk sambal bawang, nama julukannya adalah goalpal (bawang diplesetkan jadi gawang). Cukup asyik mengira-ira, pilihan nama julukan masing-masing sambal tersebut.

Untuk rasa, Waroeng SS saya sebut memiliki taste rumahan. Maksudnya, rasa makanannya mirip dengan masakan istri di rumah, ataupun masakan ibu saya dulu di kampung, sehingga terasa cocok di lidah. Bedanya, di Waroeng SS lebih banyak pilihan, daik dari sambal maupun lauknya. Bentuk sajiannya juga tidak glamour dan mewah dengan banyak hiasan seperti di restoran-restoran. Penyajiannya sendiri cukup sederhana, nasi diletakkan di piring anyaman rotan dengan alas daun pisang untuk per porsi, atau bakul kecil untuk porsi 4 orang. Adapun lauk, sambal dan sayur disajikan di piring gerabah kecil.

Selesai menyantap semua hidangan, kami ke kasir untuk hitung-hitungan, cukup selembar 50ribuan, itupun masih ada kembalian. Lumayan murah bukan?

Secara umum, tempat ini cukup layak untuk dikunjungi, dijamin anda akan mendesis karena kepedesan dengan harga yang cukup bersahabat. Selamat berkuliner, Salam pedas abis… 

4 komentar:

  1. Dan, siang inipun, seluruh perwira dinas logistik makan siang bersama di waroeng SS... mantaaabs...

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Maknyus dan bikin kita keringetan sambil mendesis keenakan. Salam kenal mas...

      Hapus
  3. Bisakah dtng langsung tanpa booking di SS selama bulan ramadhan??

    BalasHapus